Our social:

Thursday, 4 August 2011

Berjualan Dengan Hati

Kali ini aku cuma mau ngebahas unek-unek-ku aja. Soalnya benar-benar bikin aku mangkel berat. Ceritanya, setiap Kamis di milis NCC-ku ada kesempatan bagi para member untuk ber-promo produk mereka. Produk yang di tawarkan beraneka ragam, tapi tentu saja tetap terkait dengan kuliner. Ada produk yang berupa barang, ada juga kue-kue buatan member-nya. Buat aku sendiri, walaupun aku gak pernah promo, aku suka baca-baca posting-an promo teman-teman NCCers ini. Paling tidak, aku jadi tau kalo mau nyari produk apa, aku mesti menghubungi siapa. Karena aku belum menetap di satu tempat dalam jangka waktu yang lama, keberadaan teman-teman milis yang menerima orderan kue sangat membantu sekali disaat aku harus ngirim kue ke relasi, teman ataupun kerabat yang beredar di seluruh Indonesia bahkan di benua lainnya. Aku tinggal pilih lokasi mereka, lihat contohnya di blog atau fb-nya, trus transfer buat bayar, beres.

Tapi hari ini ada salah satu member yang menurutku benar-benar menyebalkan. Tidak seperti yang lainnya, member yang satu ini menyebutkan nama-nama orang yang sudah memesan kue-nya (dengan gaya seakan-akan mengucapkan terima kasih). Nah, salah satu yang di thank you-in itu ada yang bernama sama dengan aku. Ok deh, bener banget kalo aku bukan satu-satunya yang bernama Camelia, dan dia berhak menulis begitu. Toh aku selalu bisa bilang "itu bukan gue" waktu beberapa teman milis yang nanya, bener gak aku pesan ke dia. Tapi aku tetap merasa not-happy-at-all dengan kejadian ini. Kenapa????

Well...baru Minggu lalu aku dan teman milis ku berdiskusi di BBM group. Aku yang waktu itu menyatakan keherananku ada yang berpromo kue yang sangat murah dengan embel-embel kalimat seperti ini..."sangat cocok digunakan sebagai bingkisan bagi orang orang yang telah membantu kita sehari hari spt si Mbak nya anak2, bapak satpam komplek, driver kita, dll...." menurutku, ini kalimat yang sangat tidak manusiawi dijadikan sebagai pengantar promo di milis. Parahnya lagi, kalo di website-nya malah di tulis "untuk guru mengaji, sanak saudara dikampung..."

Okelah kalau yang di jual produk murah dan ada target market tersendiri. Tapi jelas tidak etis mengatakan kalau orang-orang yang membantu kita sehari-hari cukup diberikan kue-kue "kelas bawah" juga. Ini yang mebuatku sangat keberatan dengan di tulisnya nama seseorang yang mirip dengan aku sebagai salah satu pemesannya. Jujur saja, kalau pengantar promonya seperti itu, sudah pasti AKU TIDAK PERNAH DAN TIDAK AKAN PERNAH pesan kue dari orang tersebut. Bagi aku dan keluargaku, orang-orang yang membantu kami di rumah (apalagi guru mengaji...) sudah dianggap sebagai keluarga kami sendiri, sudah pasti mereka harus diperlakukan sama, sebagai manusia.

Untuk apa aku memberikan mereka makanan yang aku sendiri tidak sanggup untuk memakannya?? lebih baik aku berikan mereka uang semampuku saja. Lagi pula, tanpa dibilang untuk siapa pun, semua orang sudah tau koq kalo itu produk murah. Terserah yang beli mau di berikan ke siapa, atau mau di makan sendiri. Ekonomi setiap orang kan berbeda-beda. Apa perlu-nya menunjukkan si ini, si itu pesan kue murah di depan umum?? ini yang bikin aku sangat tidak bersimpati dengan penjualnya. Ada lebih dari 1001 cara ber-promo produk kita, tapi mempermalukan pembeli BUKAN salah satunya.

Aku jadi ingat obrolan panjang dengan Papaku dulu. Waktu itu, aku baru menyelesaikan kuliah S2. Papaku bertanya apa yang aku pelajari selama belajar "Design and Branding Strategy" di UK. Dengan semangat, aku bercerita panjang lebar tentang strategi pemasaran dan sambil membuat Papaku berkali-kali tertawa mendengar beberapa cara yang konyol dalam membangun image suatu produk. Setelah aku selesai bercerita, Papaku tersenyum sambil mengingatkan aku, "Lia, apapun itu, yang namanya ilmu, pasti bermanfaat. Tapi, terapkan ilmu itu dengan hati. Kalau mau jadi pedagang, berdaganglah dengan hati, kalau mau jadi politisi, jadilah politisi yang punya hati, Kalau mau jadi Ibu rumah tanggapun lakukanlah dengan ketulusan hati. Insya Allah, dimanapun Lia berada dan apapun pilihan hidup Lia nanti, Lia akan baik-baik saja..." pesan Papaku itu selalu aku ingat dan aku terapkan semampunya hingga sekarang.

So...yuk, mulai deh, berjualan dengan hati!



0 comments:

Post a Comment